Jumat, 29 Oktober 2010

Pengertian ekonomi


4. Ekonomi Kesehatan
Ilmu ekonomi kesehatan (health economics) berusaha melakukan analisis terhadap inupt perawatan kesehatan, seperti pembelanjaan dan tenaga kerja. Memperkirakan dampak pada hasil akhir yang di ingkinkan, yakni kesehatan masyarakat. Tujuan ilmu ekonomi kesehatan adalah menggeneralisasikan aneka informasi mengenani biaya dan keuntungan dari cara-cara alternatif mencapai kesehatan dan tujuan kesehatan (maynard, 2000: 427)
            Dalam realitasnya evaluasi mengenai perawatan kesehatan jarang dilakukan, baik baik yang bersifat publik (pemerintah) maupun pribadi (individu pembuat keputusan dan anggota keluarganya).
5. Ekonomi Isntitusional
Ilmu ekonomi institusional (institutional economics) merupakan studi tentang sistem sosial yang membatasi penggunaan dan pertukaran sumber daya langka, serta upaya untuk menjelaskan munculnya berbagai bentuk pengaturan institusional yang masing-masing mengandung konsekuensi terdiri terhadap kinerja ekonomi (Eggertson, 2000: 501).
6. Ekonomi Matematik
Ilmu ekonomi matematik (mathematical economics) mulai berkembang sejak tahun 1950-an. Sebelum terjadi formalisasi ekonomi matematika dan sebelum dikenal teknik canggih dalam analisis grafik dan presentasi.
            Ditinjau dari substansinya dalam ekonomi matematik, mula-mula digunakan teori ekuasi simultan (simultaneous equations) oleh Leon Warlas untuk membahas problem ekuilibrium dalam beberapa pasar yang saling berhubungan dengan digunakannya kalkulus oleh Edgeworth untuk  menganalisis perilaku konsumen. Berbagai permasalahan yang timbul tetap berada pada inti ekonomi matematika modern, kendati teknik-teknik matematika yang diterapkan telah berubah seluruhnya. Analisis ekuilibrium umum menjadi sangat bergantung pada perkembangan modern dalam tipologi dan analisis fungsional sehingga pembagian bidang antara tipe ekonomi matematika yang cukup abstrak dengan matematika murni, hampir tidak jelas sama sekali. Substansi lainnya adalah teori prilaku konsumen atau produsen, individual mendapatkan manfaat dan kemajuan melalui teori program matematika dan teori analisis cembung atau convex analysis (Huges, 2000: 631)
7. Ekonomi Sumber Daya Alam
Ilmu ekonomi sumber daya alam (natural resource economics) merupakan bidang ekonomi yang mencakup kajian deskriptif dan normatif terhadap alokasi berbagai sumber daya alam, yaitu sumber daya yang tidak diciptakan melalui kegiatan manusia, melainkan disediakan oleh alam. Beberapa masalah penting dalam hal ini berkaitan dengan julah sumber tertentu yang dapat atau harus ditransformasikan dalam proses ekonomi dan keseimbangan dalam memanfaatkan sumber daya antara generasi sekrang dan yang akan datang (Sweeney, 2000: 697).
            Pemanfaatan sumber daya alam, terutama hutan, perikanan, energi, dan lahan pertanian telah menarik perhatian ekonom sejak zaman Adam Smith.
            Sumber daya yang dapat diperbarui, seperti hutan, ikan, udara, dan air bersih dicirikan dengan cadangan sumber daya yang mampu memperbarui sendiri. Sedangkan sumber daya yang tidak dapat diperbarui habis dipakai atau dapat habis sama sekali, seperti minyak bumi, biji besi, dan logam mulia dicirikan dengan adanya cadangan sumber daya yang tidak dapat memperbarui sendiri.
8. Ekonomi Pertahanan
Ekonomi pertahanan (defense economic), merupakan studi tentang biaya-biaya pertahanan yang mengkaji masalah pertahanan dan perdamaian dengan menggunakan analisis dan metode ekonomiyang meliputi kajian mikroekonomi dan makroekonomi, seperti optimisasi statis dan dinamis, teori pertumbuhan, distribusi, perbandingan data statistik, dan ekonometrik (penggunaan statistika model ekonomi). Sedangkan pelaku dalam studi ini, antara lain menteri pertahanan, birokrat, kontraktor pertahanan, anggota parlemen, bangsa-bangsa yang bersekutu, para gerilyawan, teroris, dan pemberontak (Sandler, 2000:208)
            Bidang ini berkembang pesat setelah Perang Dunia II, topiknya mencakup perlombaan senjata, studi aliansi dan pembagian beban, kesejahteraan, penjualan senjata, kebijakan pembelian senjata, pertahanan dan pembangunan, industri senjata, persetujuan pembatasan senjata, dampak ekonomis dari suatu perjanjian, evaluasi usulan perlucutan senjata, pengalihan industri pertahanan, dan sebagainya. Ketika terjadi Perang Dingin antara Blok Barat dan Timur, perhatian ekonomi pertahanan pada umumnya tertuju pada masalah beban pertahanan dan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pada pasca Perang Dingin, para ekonom pertahanan memusatkan perhatian pada konversi perindustrian militer, aspek sumber daya persenjataan, biaya pemeliharaan pasukan penjaga kedamaian, dan pengukuran keuntungan perdamaian (sandler, 2000: 209)
9. Ekonomi Sisi Penawaran
Ilmu ekonomi sisi penawaran (supply side economic) memiliki makna ganda, yakni makna umum dan khusus. Makna umum ekonomi sisi penawaran, biasanya berkaitan dengan analisis yang menekankan pada arti penting faktor penawaran dalam menentukan output dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Sedangkan pengertian yang khusus, isitilah tersebut diasosiasikan dengan kebijakan ekonomi Amerika Serikat pada tahun 1980-an, kadang-kadang merujuk pada reagonomics yang berpandangan pemotongan pajak tidak perlu disesuaikan dengan pemotongan pengeluaran karena pemotongan pajak menyebabkan pertumbuhan yang cukup untuk mengembalikan pendapatan pajak (Siebert, 2000: 1072)
            Ekonomi sisi penawaran ini bersifat mikro, sebuah faktor yang dapat menjelaskan pengabaiannya dalam ekonomi makro. Ekonomi ini pun dibangun atas dasar analisis pilihan individu. Faktor-faktor utama dalam determinasi sisi penawaran dari output, antara lain efek insentif terhadap produksi, efisinesi pasar tenaga kerja, penghindaran peraturan, dan tingkat tabungan (Siebert, 2000: 1072).
10. Ekonomi Kesejahteraan
Ilmu ekonomi kesejahteraan (welfare economic) adalah kajian ilmu ekonomi tentang bagaimana melakukan sesuatu dengan cara yang terbaik atau optimal, dalam menggunakan sumber-sumber yang terbatas (Pearce, 2000: 1141). Dengan demikian, di sini kata kuncinya adalah optimalisasi dan kesejahteraan sosial. Optimalisasi didefinisikan dalam pengertian maksimalisasi kesejahteraan sosial, sedangkan kesejahteraan sosial diartikan sebagai jumlah kemakmuran semua anggota dari masyarakat tertentu. Dengan penilaian atas nilai dalam pengertian pengertian bahwa indvidu menilai kemakmuran mereka sendiri untuk diperhitungkan dalam formulasi suatu ukuran kesejahteraan sosial, berarti kita menggunakan basis ilmu ekonomi kesejahteraan  Paretian (istilah pengikut vilfredo pareto). Untuk menyatakan kesejahteraan seseorang meningkat, memerlukan penataan definitif lebih lanjut, berarti peningkatan kesejahteraan seseorang tersebut telah terjadi tanpa diikuti dengan makin memburuknya keadaan kesejahteraan orang lain. Dengan demikian, kesejahteraan sosial meningkat, bila setidaknya ada satu individu yang meningkat kesejahteraannya, dan tidak ada individu yang mengalami penurunan kesejahteraan (Pearce, 2000b: 1142). Oleh karena itu, ilmu ekonomi kesejahteraan paretian adalah sangat steril karena menuntut dimana adanya peningkatan kesejahteraan maka tidak seorang pun di rugikan oleh sebuah kebijakan. Sebab umumnya dalam suatu kebiakan, selalu ada yang diuntungkan dan ada pula yang dirugikan.
11. Ekonomi Dualisitk (dual economy)
Ekonomi dualistik (dual economy) merupakan istilah yang memiliki makna akademis teknis maupun makna yang lebih umum. Dikatakan demikian karena dalam aspek teknisnya, isitilah ini merujuk pada adanya dua sektor berlainan dalam perekonomian yang sama, masing-masing memiliki pijakan budaya, aturan main, teknologi, pola-pola permintaan, dan praktik pelaksanaannya sendiri. Sedangkan di sisi lain yang mencerminkan hal lebih umum adalah adanya perbedaan sektor subsisten tradisional yang berpendapatan rendah, khususnya di pedesaan dengan sektor kapitalis perkotaan yang tumbuh pesat dan lebih modern (Singer, 2000:248)
            Konsep ekonomi ganda (dual economy) untuk pertama kalinya dimunculkan di Indonesia oleh Boeke dalam empat tulisan yang serupa, yaitu oriental economics (1947), Economics and Aconomics Policy of Dual Societies as Exempliefied by Indonesia (1953), Three Forms of Disintegration in Dual Societies (1954), sebagai suatu istilah untuk menyebut hadirnya sektor modern dan tradisional secarabersamaan dalam perekonomian kolonial. Isitilah ganda atau dualistik, bertolak dalam waktu yang sama terdapat dua atau lebih sistem sosial. Masing-masing sistem sosial ini jelas berbeda satu sama lain dan masing-masing menguasai bagian tertentu dari masyarakat bersangkutan, disitulah kita berhadapan dengan masyarakat ganda (dual) atau majemuk (plural society)
12. ekonomi informal (Informal Economy)
Ilmu ekonomi informal (Informal Economy) merupakan suatu istilah yang sering dihubungkan dengan perekonomian “bawah tanah”,”perekonomian gelap”, atau “perekonomian yang terabaikan”, yang semuanya mengacu pada jenis-jenis transaksi ekonomi yang tidak tercermin pada statistik resmi (heertje, 2000:492). Sumber-sumber pendapatan yang tidak pernah dilaporkan secara resmiitu mencakup pula pendapatan dari kegiatan-kegiatan yang tidak sempat terliput oleh dinas pajak secara formal. Contohnya, pedagang kaki lima; industri rumah tangga; pedagang asongan; pengumpul barang-barang bekas, pengumpul botol kosong dan kardus-kardus; kegiatan penyediaan jasa  pengangkut barang di terminal bus stasiun kereta api; penyemir sepatu di pusat-pusat keramaian; penyewa payung musim hujan; dan sebagainya.
Pergerkan atau pertumbuhan ekonomi informal  ini cenderung bhersifat responsif ketimbang kreatif. Sebab bentuk ekonomi dan sekotr ini sekedar memberi reaksi terhadap pertumbuhan pendapatan di sektor nonpertanian dan dalam kegiatan-kegiatan bisinis di perkotaan. Selain itu, sektor ini pun terbuka untuk siapa saja karena tidak sulit memasuki kelompok ini. Sektor ini telah mampu menghasilkan berbagai barang dan jasa dengan harga murah, mengingat mereka hanya memanfaatkan keahlian sederhana, seperti dalam pengolahan barang-barang bekas; kayu, kertas, plastik, dan logam bekas. Mereka mengekonomiskan modal yang sangat langka dengan memakai berbagai jenis peralatan murah dan sederhana, serta operasinya tidak menggunakan bangunan atau fasilitas khusus (Elkan, 2000: 494)
13. Ekonomi Campuran
Konsep ekonomi campuran (mixed economy) merujuk kepada bentuk pengakuan keharusan sistem ekonomi pasar bercampur dengan intervensi negara. Sistem ekonomi pasar diterapkan untuk tujuan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi. Sementara kebijakan intervensi negara secara luas demi keadilan sosial. Sistem ekonomi campuran, akhir-akhir ini dinamakan sistem ekonomi pasar sosial atau soziaal marktwirtschaaft (Seda, 2006). Dengan demikian, dalam ekonomi campuran terdapat upaya pengendalian sistem harga untuk pengaturan ekonominya, serta menggunakan berbagai intervensi pemerintah untuk menanggulangi ketidakstabilan makroekonomi dan kegagalan pasaar. Oleh karena itu, dalam sistem perekonomian tersebut juga merupakan campuran dari pilihan pasar dan pilihan kolektif atau publik (Samuelson dan Nordhaus, 1999: 527).
            Dalam suatu mekanisme pasar, tidak seorang pun atau satu organisasi mana pun yang benar-benar secara sadar menaruh perhatian terhadap tiga rangkaian masalah (apa, bagaimana, dan bagi siapa), melainkan pembeli dan penjual masuk pasar dengan maksud menetapkan harga dan jumlah. Disini terlihat tujuan untuk melakukan pengendalian ekonomi, baik secara terlihat maupun tidak terlihat. Untuk melihat betapa hebatnya fakta arus ini, kita dapat melihat beberapa kita metropolitan. Tanpa adanya arus barang yang terus-menerus, baik masuk maupun keluar jakarta, dapat dipastikan akan timbul bencana kelaparan yang hebat. Apalagi kedudukan jakarta yang didatangi sejumlah orang dari kota-kota sekitarnya, provinsi dan pulau-pulau lain, bahkan dari mancanegara. Begitu banyak jenis maupun jumlah makan yang dibutuhkan, khususnya oleh penduduk jakarta. Barang-barang telah menempuh waktu mingguan, bahkan bulanan dengan tujuan akhir jakarta.


14. Ekonomi Pertanian
Konsep tentang ekonomi pertanian (agrikultular economics) untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh mazhab fisiokrat, khususnya oleh tokoh Francois Quesnay (1654-1774), seorang dokter ilmu bedah perancis yang pernah menjadi dokter pribadi Raja Louis XV, juga dokter kepercayaan selir raja, Madame de Pompadour. Disamping profesinya sebagai dokter, ia seorang ahli ekonomi yang menulis artikel tentang ilmu ekonomi dalam Grande Encyclopedie dan dalam buku lainnya Tableau Economique yang membuat model aliran ekonomi antara berbagai sekotr di masa kebangkitan industrisasi Prancis (saith, 2000: 17). Asumsinya adalah bahwa bidang pertanian dinyatakan sebagai satu-satunya sektor yang produktif sebab hanya bidang pertaninan itulah reproduksi dilipat-gandakan, seperti halnya padi-padian. Sedangkan sektor manufaktur dipandang sekedar mengubah produksi pertanian ke bentuk barang jadi atau rakitan. Selain itu, mereka berpendapat bahwa proses manufaktur tersebut tidak menghasilkan nilai tambah ekonomis. Tentu saja pendapat diatas akan bertolak belakang dengan para ahli ekonomi politik klasik, khususnya David Ricardo. Ia mengemukakan pendapatnya bahwa naiknya permintaan makanan akan memperluas daerah penanaman di lahan-lahan yang kurang subur serta menaikan harga padi-padian maupun sewa lahan atau tanah. Konseptulasi proses ekonomi semancam ini yang terjadi landasan teoritis dan ekonomi klasik yang menganut bias anti tuan rumah (Saith, 2000: 17)
15. Ilmu Eknomi Tingkah Laku
Sebenarnya aga sulit untuk mengkhususkan pada kajian ilmu ekonomi tingkah laku (behavioral economics) sebab ilmu ekonomi sendiri hakikatnya adalah ilmu tentang tingkah laku manusia. Oleh karena itu, memang aga pleonasme untuk menggunakan isitilah “ilmu ekonomi tingkah laku”. Namun demikian, terdapat perbedaan yang berarti antara ilmu ekonomi tingkah laku, khususnya dengan ilmu ekonomi neoklasik, mengingat yang terakhir tersebut umumunya menjuhi studi empiris dan cenderung lebih memilih pendekatan deduksi secara logis dari aksioma-aksioma yang rasional (simon, 2000:64)
            Mengingat dalam ilmu ekonomi tingkah laku bersifat empiris maka wajar dalam perkembangan metode yang digunakannya pun lebih banyak dengan wawancara. Hal itu dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara langsung, sebagai contoh pada pengkajian prilaku konsumen. Dalam hal ini, riset lapangan bermaksud untuk mengumpulkan data tentang perkiraan yang telah dibuat sebelumnya mengenai jurang kesenjangan antara tingkah laku yang sebenarnya dengan rasionalitas yang utuh. Sedangkan dalam ilmu ekonomi neoklasik yang menggunakan pendekatan deduksi, metode yang dikembangkan adalah metode-metode ekonometri. Dalam metode tersebut banyak menggunakan tumpukan data-data. Seringkali data itu berasal dari proses pengumpulan data yang tujuannya bukan semata-mata untuk analisis ekonomi (simson, 2000: 66)
16. Ilmu Ekonomi Pembangunan
Kajian ilmu ekonomi pembangunan mengacu pada masalah perkembangan ekonomi, khususnya di negara-negara berkembang dan terbelakang yang embrionya mulai awal tahun 1940-an, dan lahir setelah Perang Dunia II (Jhingan, 1994:3). Dengan demikian, ilmu ekonomi pembangunan dapat dikatakan sebagai subdisiplin mandiri yang belakangan ini membanjiri dan menggambarkan adanya suasana yang penuh tanda tanya, meragukan pengaruh ekonomi konvensional yang semakin besar sekaligus sebagai kritik para ahli ekonomi politik radikal yang semakin jauh menerobos, namun mengabaikan negara miskin (Gemmel, 1994: 3). Sebab tidak dapat di pungkiri, kendati studi perkembangan ekonomi telah menarik perhatian para ahli ekonomi sejak kaum Merkantilis, Ekonomi Klasik, maupun Keynes, namun mereka hanya tertarik pada masalah yang pada hakikatnya bersifat statis dan umumnya lebih dikaitkan dengan kerangka acuan lembaga budaya atau sosial negara-negara Barat (williamson, 1961: 112)
            Tepatnya perhatian mereka dalam ekonomi pembangunan lebih didorong oleh gelombang kebangkitan politik yang melanda Asia-Afrika sesudah Perang Dunia II. Keinginan negara-negara tersebut untuk melaksanakan pembangunan ekonomi yang cepat disertai dengan kesadaran bangsa-bangsa di negara-negara maju bahwa kemisikinan di suatu tempat merupakan bahaya bagi kemakmuran dimana pun, telah membangkitkan minat pada subjek ini. Hal itu dapat kita ketahui dari Meier dan Baldwin (1976: 12) yang mengatakan, “Pengkajian mengenai kemisikinan bangsa-bangsa terasa lebih mendesak dari pada pengkajian kemakmuran”.